Hati Seorang Ayah
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Suatu ketika ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja ia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut dan badannya yang mulai membungkuk disertai suara batuknya yang khas.
Anak perempuan itu bertanya kepada ayahnya: "ayah, kenapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk?" Demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang santai di beranda.
Si ayah menjawab, "karena aku lelaki".
Anak perempuan itu berkata sendirian "aku tidak mengerti", dengan kening berkerut karena jawaban ayahnya membuat hatinya bingung dan tidak mengerti.
Ayahnya hanya tersenyum, dipeluk dan dibelainya rambut anaknya sambil menepuk bahunya dan berkata, "anakku kamu memang belum mengerti tantang lelaki". Demikian bisik sang ayah yang membuat anaknya bertambah bingung.
Karena perasaan ingin tahu ia mendapatkan ibunya lalu bertanya, "Ibu, mengapa wajah yah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk? Dan spertinya ayah mengalaminya tanpa ada keluhan atau rasa sakit ?"
Ibunya menjawab, "Anakku, jika memang seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian".
Hanya itu jawaban si ibu dan anak itupun kemudian tumbuh dan menjadi dewasa, tapi ia tetap masih mencari-cari jawaban, kenapa wajah ayahnya yang tampan berubah menjadi berkerut dan badanya membungkuk ? Hingga suatu malam ia bermimpi, dan di dalam mimpinya ia seolah-olah mendengar suara yang lembut dan kata-katanya terdengar dengan jelas, itu ternyata rangkaian jawaban pertanyaannya selama ini yang selalu ia cari.
"Saat kuciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga, serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga tersebut, dan ia senantiasa akan berusaha menahan setiap ujungnya agar keluarganya senantiasa merasa aman, teduh dan terlindungi.
Kuciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya.
Kuberi kemauan kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, walaupun seringkali ia mendapat cercaan dari anak-anaknya.
Kuberikan keperkasaan dan mental baja yang akanmembuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya ia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya ia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan terhembus angin, ia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya dan yang selalu dia ingat adalah disaat semua keluarganya menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil jerih payahnya.
Kuberikan kesabaran, ketekunan dan kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah. Walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan seringkali menerpanya.
Kuberikan perasaan kuat dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, di dalam suasana dan situasi apapun, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaannya dan hatinya.
Padahal perasaannya itu pulalah yang telah memberikan rasa aman disaat anak-anaknya tertidur lelap, serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anaknya agar selalu saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara.
Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan kepadanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, bahkan seringkali ditentang dan ditolak oleh anak-anaknya.
Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang selalu menemani dan bersama-sama menjalani perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaanya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi dan saling mengasihi.
Kuberikan kerutan di wajahnya agar menjadi bukti, bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup di dalam keluarga bahagia dan badannya yang bungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai lelaki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga dan segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya.
Kuberikan kepada lelaki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dan hanya inilah kelebihan yang hanya dimiliki oleh lelaki. Walaupun sebenarnya amanah ini adalah di dunia dan di akhirat."
Terkejut si anak dari tidurnya dan segera ia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu ia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
"AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH"
Sahabat, bila ayah Anda masih hidup jangan pernah sia-siakan dirinya, buatlah hatinya selalu tersenyum dan gembira.
Namun bila sang Ayah telah tiada jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya, dan doakan agar Allah selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya.
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Suatu ketika ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja ia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut dan badannya yang mulai membungkuk disertai suara batuknya yang khas.
Anak perempuan itu bertanya kepada ayahnya: "ayah, kenapa wajah ayah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk?" Demikian pertanyaannya ketika ayahnya sedang santai di beranda.
Si ayah menjawab, "karena aku lelaki".
Anak perempuan itu berkata sendirian "aku tidak mengerti", dengan kening berkerut karena jawaban ayahnya membuat hatinya bingung dan tidak mengerti.
Ayahnya hanya tersenyum, dipeluk dan dibelainya rambut anaknya sambil menepuk bahunya dan berkata, "anakku kamu memang belum mengerti tantang lelaki". Demikian bisik sang ayah yang membuat anaknya bertambah bingung.
Karena perasaan ingin tahu ia mendapatkan ibunya lalu bertanya, "Ibu, mengapa wajah yah kian berkerut dan badan ayah kian hari kian membungkuk? Dan spertinya ayah mengalaminya tanpa ada keluhan atau rasa sakit ?"
Ibunya menjawab, "Anakku, jika memang seorang lelaki bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian".
Hanya itu jawaban si ibu dan anak itupun kemudian tumbuh dan menjadi dewasa, tapi ia tetap masih mencari-cari jawaban, kenapa wajah ayahnya yang tampan berubah menjadi berkerut dan badanya membungkuk ? Hingga suatu malam ia bermimpi, dan di dalam mimpinya ia seolah-olah mendengar suara yang lembut dan kata-katanya terdengar dengan jelas, itu ternyata rangkaian jawaban pertanyaannya selama ini yang selalu ia cari.
"Saat kuciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga, serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga tersebut, dan ia senantiasa akan berusaha menahan setiap ujungnya agar keluarganya senantiasa merasa aman, teduh dan terlindungi.
Kuciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat untuk melindungi seluruh keluarganya.
Kuberi kemauan kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, walaupun seringkali ia mendapat cercaan dari anak-anaknya.
Kuberikan keperkasaan dan mental baja yang akanmembuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya ia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya ia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan terhembus angin, ia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya dan yang selalu dia ingat adalah disaat semua keluarganya menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil jerih payahnya.
Kuberikan kesabaran, ketekunan dan kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa ada keluh kesah. Walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan seringkali menerpanya.
Kuberikan perasaan kuat dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, di dalam suasana dan situasi apapun, walaupun tidak jarang anak-anaknya melukai perasaannya dan hatinya.
Padahal perasaannya itu pulalah yang telah memberikan rasa aman disaat anak-anaknya tertidur lelap, serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anaknya agar selalu saling mengasihi dan menyayangi sesama saudara.
Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan kepadanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran kepada anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, bahkan seringkali ditentang dan ditolak oleh anak-anaknya.
Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang selalu menemani dan bersama-sama menjalani perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaanya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi dan saling mengasihi.
Kuberikan kerutan di wajahnya agar menjadi bukti, bahwa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup di dalam keluarga bahagia dan badannya yang bungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai lelaki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga dan segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya.
Kuberikan kepada lelaki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya, dan hanya inilah kelebihan yang hanya dimiliki oleh lelaki. Walaupun sebenarnya amanah ini adalah di dunia dan di akhirat."
Terkejut si anak dari tidurnya dan segera ia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu ia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
"AKU MENDENGAR DAN MERASAKAN BEBANMU, AYAH"
Sahabat, bila ayah Anda masih hidup jangan pernah sia-siakan dirinya, buatlah hatinya selalu tersenyum dan gembira.
Namun bila sang Ayah telah tiada jangan putuskan tali silaturahim yang telah dirintisnya, dan doakan agar Allah selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar