Sabtu, 17 Desember 2011

~Kisah Beruang~

Seekor beruang yang bertubuh besar sedang menunggu seharian dgn sabar ditepi sungai deras, waktu itu memang tidak sedang musim ikan.

Sejak pagi ia berdiri disana mencoba meraih ikan yang meloncat keluar air.
Namun,tak satu juga ikan yg berhasil ia tangkap. Setelah berkali-kali
mencoba, akhirnya..hup .. ia dpt menangkap seekor ikan kecil.

Ikan yang tertangkap menjerit-jerit ketakutan, si ikan kecil itu meratap
pada sang beruang, "Wahai beruang, tolong lepaskan aku."

"Mengapa ? " tanya beruang.

"Tidakkah kau lihat, aku ini terlalu kecil, bahkan bisa lolos lewat
celah-celah gigimu," rintih sang ikan.

Lalu kenapa?" tanya beruang lagi.

"Begini saja,tolong kembalikan aku ke sungai, setelah beberapa bulan aku akan tumbuh menjadi ikan yang besar, disaat itu kau bisa menangkapku dan memakanku utk memenuhi seleramu." kata ikan.

"Wahai ikan, kau tahu kenapa aku bisa tumbuh begitu besar?" tanya beruang

"Mengapa," ikan balas bertanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Karena aku tidak pernah menyerah walau sekecil apapun keberuntungan yang
telah tergenggam di tangan !" jawab beruang sambil tersenyum mantap.

"Ops !" teriak sang ikan.

Dalam hidup, kita diberi banyak pilihan dan kesempatan. Namun jika kita tidak
mau membuka hati dan mata kita untuk melihat dan menerima kesempatan yang Tuhan berikan maka kesempatan itu akan hilang begitu saja. Dan hal ini hanya akan menciptakan penyesalan yang tiada guna di kemudian hari, saat kita
harus berucap :"Ohhhh... andaikan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu
dulu ..!!!?. Maka bijaksanalah pada hidup, hargai setiap detil kesempatan
dalam hidup kita.

Disaat sulit, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan;....
Disaat sedih, selalu ada kesempatan untuk meraih kembali kebahagiaan; ....

Di saat jatuh selalu ada kesempatan untuk bangkit kembali; ....
Dan dalam kondisi terburukpun selalu ada kesempatan untuk meraih kembali
yang terbaik untuk hidup kita....

Bila kita setia pada perkara yang kecil maka kita akan mendapat perkara yang
besar. Bila kita menghargai kesempatan yang kecil, maka ia akan menjadi
kesempatan yang besar.

 ~Sebatang Bambu~

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya. Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu.
Dia berkata kepada batang bambu,” Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air yg sangat berguna untuk mengairi sawahku?”

Batang bambu menjawabnya, “Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau,Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu.”

Sang petani menjawab, “Pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawah sehingga padi yang ditanam dapat tumbuh dengan subur.”

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam….., kemudian dia berkata kpd petani, “Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku. Juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuhku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”

Petani menjawab, ” Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua ini karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah.”

Akhirnya batang bambu itu menyerah, “Baiklah, Tuan. Aku ingin sekali berguna ketimbang batang bambu yg lain. Inilah aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang kau kehendaki.”

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya menjadi penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawah sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.

Pernahkah kita berpikir bahwa dengan tanggung jawab dan persoalan yg sarat, mungkin Tuhan sedang memproses kita dan memilih kita untuk menjadi indah di hadapan-Nya? Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa.
Tapi jangan kuatir, kita pasti kuat karena Tuhan tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Tuhan, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?

Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, ” Inilah aku, Tuhan…perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki.”

~ 3 Bulan Tak Mampu Memandang Wajah Suami~

Perkawinan itu telah berjalan empat (4) tahun, namun pasangan suami istri itu belum dikaruniai seorang anak. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak.Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, lalu menyambungnya dengan ucapan: Alhamdulillah.

Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki.Sang suami berkata kepada sang dokter: “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa.Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran.

Akan tetapi sang suami terus memaksa sang dokter, akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, dan terlihat pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah kepada qadha dan qadar Allah SWT.

Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan shalihah-nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan”.

Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata: “istriku, ini cobaan dari Allah SWT, kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”.Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Allah SWT memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.

Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.Mendengar keterangan tersebut, jatuhnya psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”.Sang istri pun bad rest di rumah sakit.

Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”.“Haah, pergi?”. Kata sang istri.“Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat pembaringan sang istri.

Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya: “Suami apa `n dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.Ketahuilah bahwa sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.

Dan subhanallah …Setelah Sembilan (9) bulan dari operasi itu, sang istri melahirkan anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga.Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah fakultas syari’ah dan telah bekerja sebagai seorang panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendapatkan sanad dengan riwayat Hafs, dari ‘Ashim.Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan.

Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya.Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.

Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali.


 ~LIHATLAH SELALU KE DEPAN ~

Seorang wanita muda sedang duduk termenung dikamarnya.sesekali diusapnya air mata yang tampak mulai mengering disekitar matanya. Mulutnya dikulum dengan wajah yang begitu kusut, seolah-olah menandakan dia dipenuhi sejuta masalah dikepalanya


Dipandangnya kaca yang menghadapnya dan sambil berteriak dia pun berkata :
“Aku selalu mencintainya...kenapa dia tega meninggalkan ku, begitu hinakah diriku sampai dia mau meninggalkan ku? Buat apa aku hidup lagi?

Suara teriaknya menggema ke seisi kamar hingga ibunya yang berada di luar kamar pun mendengarkan teriakan anaknya. Dengan perasaan cemas dia pun mendekati kamar sang anak

“Anakku ada masalah apakah gerangan yang membuat engkau berteriak begitu kerasnya?” tanya sang ibu. Sambil menanggis dipeluknya ibunya dan dia pun bercerita mengenai kekasihnya yang meninggalkan nya. Dengan senyum dan kehangatannya, sang ibu memeluknya dan mengusap kepala sang anak dengan penuh kasih.

"Anakku, coba kamu lihat kepalamu. Dia selalu menghadap kedepan, namun tidak bisa menghadap kebelakang? Mengapa kepala diciptakan seperti itu, tahukah kamu apa sebabnya? Tanya sang ibu kepada anaknya

"Aku tidak pernah berpikir tentang itu. Bisa jelaskan kepadaku?"tanya anaknya dengan suara serak.

“Tentu saja anakku, kepala kita diciptakan menghadap ke depan agar kita selalu melihat kedepan, bukan untuk menghadap ke belakang, selalu melihat masa lalu. Biarkanlah masa lalu hanya menjadi kenangan saja. Seperti halnya kamu, jangan karena kesedihan sesaat, kamu malah melakukan hal yang tidak terpuji. Biarkanlah semua sebagai masa lalu mu, sebagai bagian dari hidup mu” Nasehat ibunya kepada sang anak

“Ingatlah anak ku, selalulah melihat kedepan, dan jangan menyesal apapun yang telah terjadi pada kita, karena itu adalah bagian dari proses hidup kita” lanjut sang ibu

“Terima kasih ibu, aku mengerti sekarang” Jawab sang anak sambil memeluk sang ibu

"Jangan Pernah Lari Dari Masalah, Hadapilah Dan Masalah Pun Akan Terselesaikan" Pepatah yang sangat cocok untuk kita renungi. Kadang kala, sebuah masalah kecil mampu membuat kita menyerah dan mengambil jalan pintas untuk menyelesaikannya.

Hadapilah, dengan selalu melihat kedepan, jangan terlarut berlebihan terhadap suatu masalah, karena orang bijak adalah orang yang selalu menatap kedepan dan menganggap masa lalu sebagai bagian dari sebuah proses hidup"

 ~DAMPINGI AKU SELAMANYA~

Disebuah rumah sederhana yang asri tinggal sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan. Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga.

Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra-putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka. Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu. Suatu senja ba’da Isya disebuah mesjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya kemesjid tadi. Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri

“Kenapa Bu?” Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pa”. “Ya udah pakai ini saja” kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati. Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya. Jarang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami.

Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya.

“Bafaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya. Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku saat aku pulang, kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.

Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia bersama….Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya.

Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam “Terimakasih”.

“Tidak, Ibu yang terimakasih sama Bapak, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu. “Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus.

Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “Bapak kok bicara begitu?

Ibu senang atas semuanya Pa, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa.

Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama. Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at,

Setelah berpamitan pada sang istri, ia menoleh sekali lagi pada sang istri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi. Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang istri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya.

Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia. Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tahyat terakhir. Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.

“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam para jama’ah setelah menyadari kalau dia telah tiada. Sang istri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat kemesjid.

Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal. Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang istri. Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya, Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik.

Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak. Tak lama setelah kepergian suaminya, sang istri bermimpi bertemu dengan suaminya. Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri istrinya dan menyisir rambut sang istri dengan lembut. “Apa yang Bapak lakukan?’ tanya istrinya senang bercampur bingung.

“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang. Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir, Bapak selalu butuh Ibu. Saat disuruh memilih pendamping Bapak bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal, Bapakpun mohon izin untuk menjemput Ibu.”

Istrinya menangis sebelum akhirnya berkata “Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri. Kalau ada kesempatan mendampingi Bapak sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan. Sang istri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman. Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya…..

Karya Riny Yunita : Ladang Cakiah, 7 April 2008


 ~3 Modal Luar Biasa~
Kadang kita berpikir kenapa nasib orang itu berbeda - beda. Ada orang yagn sukses tapi kebanyakan orang yang melarat. Kadang kita berpikir bahwa orang yang kaya, makmur dan sukses ada faktor yang mempengaruhi itu, faktor keberuntungan lah, keturunan lah, lingkungan lah. Tapi sebenarnya banyak dari mereka yang dulunya justru hidup susah. Mereka bekerja keras dan akhirnya meraih apa yang diinginkannya.

Sebenarnya semua orang memiliki 3 modal yang hampir sama. Tapi kenapa nasib orang itu berbeda - beda adalah tergantung dari diri kita masing masing yang mampu atau tidak memanfaatkan tiga modal tersebut. Tiga modal itu adalah potensi, waktu, dan kesempatan.

> Potensi
Ketika kita melihat pemain sepak bola yang dengan hebatnya menunjukan kemampuannnya mengolah si kulit bundar. Mungkin kita berpikir kalau orang itu dari dulu punya potensi sehingga bisa menjadi seperti sekarang. Lalu pernahkah kita bertanya pada diri kita apakah kita punya kaki?

"Ya, saya punya kaki." Anda dan pemain bola itu punya potensi yang sama yaitu kaki tapi terkadang diri kita sendiri yang mengingkari potensi yang kita miliki. Mungkin kita melihat pemain bola itu begitu hebat mengolah bola, tapi pernahkah kita tahu berapa kali pemain itu latihan menggiring bola? Berapa ribu kali ia menendang bola? Dan berapa kali ia terjatuh atau cidera saat bermain bola. Itu yang kita tidak tau.

Saat kita melihat seorang pelukis kita akan berpikir kalau orang itu memang mempunyai potensi untuk menjadi pelukis. Lantas pernahkah kita bertanya pada diri kita, apakah kita punya tangan?

"Ya, punya, tapi. . . .." Sebenarnya anda, saya, dan pelukis terkenal itu punya potensi yaitu tangan yang bisa digunakan untuk melukis. Bahkan ada orang - orang yang tidak memiliki tangan mampu melukis dengan begitu indahnya. Lalu siapakah yang membatasi potensi kita?
Tidak lain adalah diri kita sendiri.

> Waktu
Saya, anda, bahkan orang seperti Einstein pun punya waktu yang sama, yaitu 24 jam dalam satu hari. Permasalahannnya adalah kita semua memakai waktu yang jumlahnya sama itu untuk keperluan yang berbeda - beda. Banyak orang yang selalu ingin bermalas - malasan dan menikmati hidup tanpa pdrjuangan. Dan hasilnya tentu berbeda dengan orang yang selalu memanfaatkan waktu untuk keperluan yang penting untuk tujuan hidupnya.

Coba saja tanya sama diri kita masing - masing berapa jam kita tidur, berapa jam kita bekerja, berapa jam kita belajar, berapa jam kita beribadah, dan berapa jam kita membuang - buang waktu.

> Kesempatan
Kesempatan memang merupakan suatu modal yang penting. Tapi berhasil atau tidaknya seorang adalah bukan ditentukan dari banyak atau tidaknya kesempatan dalam hidupnya. Tapi bisa atau tidaknya orang itu untuk mencari kesempatan dan memanfaatkan kesempatan yang datang.

Sebagai contoh, orang yang miskin memiliki kesempatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang kaya dalam memperoleh pendidikan yang berkualitas. Tapi belum tentu dalam hidupnya orang yang dibesarkan dari keluarga kaya selalu sukses dari pada orang yang dibesarkan dari keluarga miskin. Justru banyak kasus dimana orang yang dulunya miskin bisa menjadi sukses karena kerja kerasnya dalam mencari dan memanfaatkan kesempatan yang ada.

Seorang striker dalam sepak bola memang memiliki kesempatan yang lebih banyak dari pemain lainnnya dalam mencetak gol. Tapi cristiano Ronaldo yang berposisi sebagai gelandang sayap dan juga Lione Messi yang lebih banyak beroperasi di lini tengah justru sedang berebut untuk menjadi topskorer. Bahkan seorang kiper yang bermain di Sao Paolo, Rogerio Ceni menjadi pencetak gol terbanyak di timnya.

Itulah tiga modal yang kita miliki dan harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.

 ~BELAIAN IBUNDA~

Kalau ibunda membelai rambutmu,
Kalau ibunda mengusap keningmu, memicit kakimu,
Nhkmatilah dengan syukur dan batin yang bersujud,
Kerana sesungguhnya Tuhan sendiri yang hadir dan maujud.

Kalau dari tempat yang jauh engkau rindu kepada ibunda,
Kalau dari tempat yang jauh ibunda rindu kepada engkau,
Dendangkanlah nyanyian puji-pujian untuk Tuhanmu,
Kerana setiap bunyi kerinduan hatimu adalah,
Sebaris lagu cinta Tuhan kepada segala ciptaanNya.

Kalau engkau menangis,
Ibundamu yang menitiskan airmata,
Dan Tuhan yang akan mengusapnya.
Kalau engkau bersedih,
Ibundamu yang kesakitan ,
Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan.

Menangislah banyak-banyak untuk ibundamu,
Dan jangan membuatkan satu kalipun ibumu menangis keranamu,
Kecuali engkau punya keberanian untuk membuat Tuhan murka kepada hidupmu.
Kalau ibundamu menangis,
Para malaikat menjelma menjadi butiran-butiran air matanya,
Dan cahaya yang memancar dari airmata ibunda,
membuat para malaikat itu silau dan marah kepadamu,
Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci,
Sehingga Tuhan tidak melarang mereka tatkala menutup pintu syurga bagimu.

Ibu kandungmu adalah ibunda kehidupanmu,
Jangan sakiti hatinya,
Kerana ibundamu akan senantiasa memaafkanmu,
Tetapi setiap pemaafan ibundamu atas setiap kesalahanmu,
Akan digenggam erat-erat oleh para malaikat,
Untuk mereka usulkan kepada Tuhan agar dijadikan kayu bakar nerakamu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar