Rabu, 07 Desember 2011

RAMBIPUJI TANGGAL 01 / 01 / 2006 Pasca Bencana Longsor dan Banjir Bandang di Pegunungan Argapuro, Jember

RAPID ASSESSMENT PASCA BENCANA LONGSOR DAN BANJIR BANDANG DI PEGUNUNGAN ARGAPURO, KABUPATEN JEMBER 1 JANUARI 2006

Oleh : Heru Sri Naryanto, Wisyanto dan Bambang Marwanta
PTLWB-TPSA, BPPT

Pendahuluan
Bencana tanah longsor telah mengakibatkan banyak korban baik jiwa maupun harta yang semakin besar dalam dekade terakhir ini. Setiap menghadapi musim hujan akhir-akhir ini, masyarakat selalu khawatir terhadap bencana yang diakibatkan oleh masalah iklim, yaitu banjir dan longsor. Bencana-bencana tersebut saling bergantian yang menyebabkan kesengsaraan kepada manusia. Banjir umumnya terjadi karena saluran air yang ada tidak mampu menampung limpahan air, pada daerah yang relatif datar dan dekat daerah aliran sungai (DAS). Sementara itu, longsor terjadi pada daerah-daerah pegunungan, berlereng terjal, dan tanah yang relatif subur. Keduanya sering terjadi oleh faktor yang sama, yaitu akibat alam (curah hujan yang tinggi) dan ulah manusia yang sifatnya merusak lingkungan di sekitarnya.

Pada hari Minggu 1 Januari 2006 telah terjadi bencana banjir bandang dan tanah longsor yang malanda di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Lima desa di Kec. Panti hancur terendam Lumpur, yaitu desa-desa Kemiri, Suci, Panti, Glagahwero dan Pakis, yang merupakan permukiman di lereng Pegunungan Argopuro. Dampak dari banjir banding dan tanah longsor tersebut juga meluas di beberapa desa di Kec. Rambipuji (Desa Rambipuji, Gugut, Kaliwining, Rambigundam, Rowotantu), Kec. Sumberjambe, Kec. Arjasa, Kec. Kaliwates, Kec. Tanggul
Curah hujan sangat tinggi selama tiga hari berturut-turut. Gejala banjir banding sudah dimulai hari Minggu 1 Januari 2006 sekitar jam 17.00 WIB dengan puncak banjir bandang terjadi jam 22.00 WIB. Data Satlak, Kab. Jember menyebutkan korban yang terjadi akibat bencana tersebut adalah 77 orang tewas, yaitu 71 orang di Kec. Panti, 3 orang di Kec. Sumberjambe, 1 orang di Kec. Arjasa, 1 arang di Kec. Kaliwates, 1 orang di Kec. Tanggul, dan puluhan orang luka-luka. Sekitar 7.605 orang mengungsi di 15 titik penampungan (12 titik di Kec. Panti, 2 titik di Kec. Sukorambi, 1 titik di GOR (Kantor Diklat).
Banjir banding menyebabkan 370 hektare lahan pertanian rusak tertimbun lumpur, 11 bendungan rusak, ratusan tanggul jebol, 20 km saluran irigasi rusak, dengan kerugian yang ditaksir Satlak PBP Kab. Jember sekitar Rp. 59,005 milyar.
Geologi
Morfologi sangat curam pada lokasi bencana di atas ketinggian 500 m di atas muka air laut, tebing sungai/alur sangat curam, morfologi pada ketinggian 200-500 m termasuk curam. Batuan yang terjadi di daerah bencana adalah breksi gunungapi bersusunan andesit dan bersisipan lava dari Formasi Breksi Argopuro.
Gunung Argopuro termasuk zona kerentanan longsor menengah sampai tinggi. Karena labilnya daerah tersebut kondisi kelerengan bisa berubah-ubah karena terjadinya gerakan tanah.
Sungai
Bencana banjir bandang terutama terjadi di Kali Putih yang mempunyai panjang sungai lebih dari 135 km. Sungai tersebut kemudian bergabung dengan K Bedadung di daerah selatan Rambipuji. Hulu berasal dari G. Kukusan (2223 m) dan G. Putri (2188 m) dan gunung-gunung kecil yang lain yaitu G. Cemara Kandang, G. Ladingan (1892 m), G. Delimar (1708 m). Pola pengaliran di daerah hulu (utara) adalah dendritik dan mengalami meandering (berkelok-kelok) ke arah selatan. Morfologi sungai di bagian hulu mempunyai lereng sangat terjal, berbentuk huruf V, cenderung lurus, sementara semakin ke arah hilir (selatan), sungai relatif datar, bentuk U dan berkelok-kelok.
Kondisi Lapangan
Lokasi paling atas yang terkena musibah bencana banjir bandang adalah di Kawasan Kali Manggis. Perkebunan teh dan kopi banyak terdapat di daerah tersebut. Dengan kondisi kelerengan yang melebihi 40o, soil yang sangat tebal, serta curah hujan yang sangat tinggi, menyebabkan daerah tersebut menjadi labil dan mudah longsor.
Desa Kemiri, Kec. Panti yang berada di bawahnya mengalami dampak bencana paling parah. Permukiman penduduk, pasar, Pondok Pesantren, jembatan, dan segala infrastruktur yang ada hancur terkena banjir bandang. Kondisi parah juga terjadi di Desa Suci, Kec. Panti yang berada di hilir Desa Kemiri. Permukiman penduduk dan infrastruktur yang ada hancur akibat banjir, dan bekas permukiman terbentuk 3 cabang saluran baru.
Puing-puing kayu yang terbawa oleh banjir bandang dan berasal dari hulu Kali Putih sebagian besar terendapkan di kelokan sungai di Desa Rambigundam. Daerah tersebut merupakan dataran banjir yang cukup luas sering terjadi banjir tahunan. Selain terjadi banjir di permukiman dan persawahan, ribuhan potongan kayu berserakan di pinggir kelokan sungai, permukiman penduduk dan persawahan.
Kerusakan parah di daerah hilir terdapat di permukiman padat penduduk Desa Rambipuji, berdekatan dengan Posko Satlak PBP Kab. Jember. Beberapa rumah hancur terutama di daerah belokan sungai, sementara sebagian besar rumah di daerah tersebut kebanjiran lumpur.
Analisis
Sebelum bencana longsor dan banjir bandang terjadi, daerah Pegunungan Argopuro telah diguyur hujan yang sangat tinggi selama 3 hari berturut-turut. Curah hujan di Kec. 107 mm, di Kec. 187 mm. Curah hujan tersebut termasuk curah hujan yang sangat besar untuk daerah tersebut. Curah hujan sangat tinggi di daerah bencana menjadi penyebab utama terjadinya tanah longsor dan banjir bandang.
Batuan induk adalah breksi andesit yang bersifat keras, padat, dan tidak tembus air. Sementara hasil pelapukannya batuan dasar yang berupa soil relatif tebal yaitu sampai lebih dari 2 meter. Batuan hasil pelapukan tersebut berukuran halus, tidak kompak, mudah retak-retak bila kering, mudah ditembus air, dan mengembang bila basah. Kontak antara kedua batuan tersebut berfungsi sebagai bidang gelincir longsor. Kadar air yang tinggi dalam batuan berpengaruh terhadap kestabilan batuan lapukan tersebut, apalagi letaknya pada lereng berkemiringan besar. Air hujan yang masuk ke dalam batuan lapuk, terutama melalui retakan dan rekahan, mengalir sesuai kemiringan medannya dengan batuan kerasnya bertindak sebagai alas. Besar dan lamanya curah hujan yang jatuh memicu terjadinya longsoran yang cepat, meluncur dan menyeret apa saja yang diterjangnya. Pohon dengan akar yang dangkal masih kurang mampu untuk menahan tanah tersebut supaya tidak bergerak, sehingga mudah longsor bila terkena curah hujan tinggi yang ditunjang tingkat kelerengan yang curam.
Topografi di daerah hulu Pegunungan Argopuro sebagai pusat longsor sangat curam sehingga. Tingkat kelerengan daerah tersebut lebih dari 60o , sehingga sangat rawan terhadap gerakan tanah. Topografi sangat curam sampai curam menyebabkan kecepatan banjir banding yang terdiri dari campuran air, tanah dan pohon-pohon yang tercabut bergerak dengan kecepatan sangat tinggi
Kondisi vegetasi di daerah hulu sungai sebagai awal pusat-pusat longsor pertama relatif baik. Daerah tersebut sebagai hutan lindung yang ditanam pada topografi curam. Pada bagian tengah pegunungan sudah mulai banyak ditanam perkebunan kopi, teh dan juga perkebunan rakyat, sehingga kurang bisa mendukung dalam menstabilkan tanah terhadap bahaya longsor dan erosi.
Rekahan atau retakan baru banyak terjadi di daerah hulu dan tengah pegunungan pasca bencana longsor dan banjir bandang. Rekahan dan retakan tersebut sangat berbahaya apabila terisi oleh air yang menyebabkan menurunnya kestabilan tanah. Longsor susulan yang juga bisa menyebabkan banjir bandang susulan kemungkinan bisa terjadi apabila terjadi curah hujan yang cukup tinggi,
Saran dan Rekomendasi
Saran dan rekomendasi terhadap pasca bencana longsor dan banjir bandang di Pegunungan Argopuro, Kab. Jemberantara lain adalah :
  1. Di lokasi bekas banjir bandang sebaiknya tidak dimanfaatkan lagi untuk permukiman, permukiman di sekitar lokasi bekas banjir bandang sebaiknya direlokasi ke tempat lain yang lebih aman.
  2. Pasca bencana longsor dan banjir bandang di Pegunungan Argopuro telah terjadi rekahan dan retakan baru yang berpotensi tinggi untuk perulangan bencana serupa bila curah hujan tinggi, sehingga masyarakat dan aparat harus waspada setiap saat.
  3. Pemanfatan lahan di lereng-lereng bukit yang curam sampai sangat curam untuk perkebunan kopi, teh dan tanaman pisang sebaiknya segera dihentikan mengingat akarnya kurang kuat untuk menahan tanah hasil pelapukan batuan.
  4. Perlu dilakukan reboisasi (penghutanan kembali) dengan tanaman keras yang berakar kuat pada daerah-daerah yang telah rusak karena tanaman yang tercabut akibat longsor dan juga daerah lain yang gundul.
  5. Informasi prakiraan cuaca ekstrim dari BMG maupun instansi lainnya diharapkan sampai ke Pemda terkait untuk melakukan upaya mitigasi yang diperlukan.
  6. Alat penakar curah hujan di daerah Pegunungan Argopuro dan sekitarnya secepatnya diperbanyak dan disempurnakan untuk memperkuat sistem peringatan dini terhadap bencana longsor.
  7. Evaluasi tata ruang kawasan dengan memperhatikan aspek longsor dan banjir banding
  8. Pembuatan terasering pada lereng untuk mengarahkan aliran air.
  9. Pemberdayaan organisasi penanggulangan bencana yang telah ada serta koordinasi yang lebih baik.
  10. Pelatihan/pemasyarakatan mitigasi bencana longsor dan banjir bandang terhadap aparat maupun masyarakat
  11. Perlu dilakukan pemetaan zona kerawanan longsor dan banjir bandang di daerah Pegunungan Argopuro dan sekitarnya dengan skala detail, untuk perencanaan pembangunan dan mitigasi bencana longsor dan banjir bandang di masa yang akan datang.
  12. Membangun suatu sistem tanggap darurat (emergency respose system) berbasis GIS untuk mengambil tindakan yang tepat setelah terjadi bencana, misalnya mengetahui potensi korban, akses jalan menuju ke lokasi, usulan daerah untuk relokasi dsb.
  13. Membangun sistem informasi berbasis spasial dengan mingentegrasikan teknologi remote sensing dan GIS

 Merdeka.com - Jalur mudik di Jalan Raya Rambipuji, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Jawa Timur, macet akibat banjir yang terjadi sejak Rabu sore, di kawasan setempat. Jalan Raya Rambipuji merupakan jalur utama untuk kendaraan yang keluar Kabupaten Jember menuju ke Surabaya. Salah seorang petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Jember, Didik Suryano, mengatakan banjir di kawasan Jalan Raya Rambipuji terjadi sekitar pukul 16.30 WIB karena hujan deras yang mengguyur di kabupaten setempat. Sungai di kawasan setempat meluap dan menggenangi jalan raya, bahkan beberapa warung di sepanjang jalan raya tersebut terendam banjir. "Ketinggian air berkisar 15 sentimeter (cm) hingga 1 meter karena luapan air terus meningkat, sehingga jalur menuju Surabaya dialihkan ke Kecamatan Panti," kata Didik. Ia menjelaskan, petugas Dishub dan Polisi Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Jember mengatur arus lalu lintas untuk menghindari kemacetan yang lebih panjang. "Kemacetan terjadi selama tiga jam, sehingga arus mudik menuju Kabupaten Lumajang macet sepanjang 1 kilometer. Bahkan sebagian kendaraan roda dua mogok dan terjebak banjir," paparnya. Bus yang hendak keluar dari Terminal Tawangalun Jember menuju ke Kabupaten Banyuwangi juga terhambat akibat banjir yang menggenang di Jalan Raya Jubung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember. Jalur mudik lancar sekitar pukul 21.00 WIB karena genangan air sudah surut dan arus lalu lintas sebagian sudah dialihkan ke jalur alternatif. Kapolsek Kaliwates, AKP Niluh Sriati, mengatakan polisi sempat mengalihkan arus lalu lintas menuju ke Surabaya ke jalur alternatif melalui Kecamatan Panti, supaya kemacetan tidak semakin panjang. "Banjir yang menggenangi kawasan Jalan Raya Jubung tidak berlangsung lama, sehingga arus lalu lintas kembali lancar pada malam hari ini," tuturnya menjelaskan. Ia mengimbau pemudik yang melewati jalur rawan banjir, supaya berhati-hati dan tidak mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi. "Pemudik lebih baik waspada terhadap jalur mudik yang rawan banjir karena rawan terjadi kecelakaan," ujarnya menambahkan. (ant/aik)
Kamis, 09 September 2010 07:49 Kapanlagi.com - Jalur mudik di Jalan Raya Rambipuji, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Jawa Timur, macet akibat banjir yang terjadi sejak Rabu sore, di kawasan setempat. Jalan Raya Rambipuji merupakan jalur utama untuk kendaraan yang keluar Kabupaten Jember menuju ke Surabaya. Salah seorang petugas Dinas Perhubungan (Dishub) Jember, Didik Suryano, mengatakan banjir di kawasan Jalan Raya Rambipuji terjadi sekitar pukul 16.30 WIB karena hujan deras yang mengguyur di kabupaten setempat. Sungai di kawasan setempat meluap dan menggenangi jalan raya, bahkan beberapa warung di sepanjang jalan raya tersebut terendam banjir. "Ketinggian air berkisar 15 sentimeter (cm) hingga 1 meter karena luapan air terus meningkat, sehingga jalur menuju Surabaya dialihkan ke Kecamatan Panti," kata Didik. Ia menjelaskan, petugas Dishub dan Polisi Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Jember mengatur arus lalu lintas untuk menghindari kemacetan yang lebih panjang. "Kemacetan terjadi selama tiga jam, sehingga arus mudik menuju Kabupaten Lumajang macet sepanjang 1 kilometer. Bahkan sebagian kendaraan roda dua mogok dan terjebak banjir," paparnya. Bus yang hendak keluar dari Terminal Tawangalun Jember menuju ke Kabupaten Banyuwangi juga terhambat akibat banjir yang menggenang di Jalan Raya Jubung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember. Jalur mudik lancar sekitar pukul 21.00 WIB karena genangan air sudah surut dan arus lalu lintas sebagian sudah dialihkan ke jalur alternatif. Kapolsek Kaliwates, AKP Niluh Sriati, mengatakan polisi sempat mengalihkan arus lalu lintas menuju ke Surabaya ke jalur alternatif melalui Kecamatan Panti, supaya kemacetan tidak semakin panjang. "Banjir yang menggenangi kawasan Jalan Raya Jubung tidak berlangsung lama, sehingga arus lalu lintas kembali lancar pada malam hari ini," tuturnya menjelaskan. Ia mengimbau pemudik yang melewati jalur rawan banjir, supaya berhati-hati dan tidak mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi. "Pemudik lebih baik waspada terhadap jalur mudik yang rawan banjir karena rawan terjadi kecelakaan," ujarnya menambahkan. (ant/aik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar