Ditulis oleh : Nany Suryani
Sebagian wanita ada yang mengukir sejarah istimewa, yang terkadang hal ini tidak sanggup dilakukan oleh kaum pria. Termasuk diantara mereka adalah Asiyah istri Fira’un, ratu mesir. Dia merelakan jiwanya mati untuk Allah swt, berpisah dengan dunia, dan sabar dari siksaan suaminya sehingga kembali ruhnya kepada sang pencipta.
Sudah menjadi sunnatullah bila Allah menyingkap hamba-Nya tatkala hamba tersebut melalaikan hukum-hukum-Nya, khususnya menentang rubbubiyah Allah. diantaranya apa yang terjadi pada seorang thoghut Mesir yang mengaku mempunyai sifat rubbubiyah. Allah telah menyingkapnya pada kejadian-kejadian yang banyak sekali. dan Allah telah mengakhirkan kehancurannya dan kehancuran bala tentaranya dengan ditenggelamkannya di laut
Diantaranya dia mencari anak kecil (untuk dibunuh) yang akan menghancurkan kekuasaannya, namun Allah justru mengirim anak kecil itu keistananya, lalu menaruh kecintaannya pada hati sang ratu, dia diasuh di istana Fir’aun, Fir’aunpun ikut memelihara dan menjaganya, dan memberi harta kepada ibunya sebagai imbalan atas persusuannya.
Termasuk diantaranya adalah keimanan istri Fir’aun kepada Allah dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa as, sehingga dia disiksa dengan siksaan yang amat sangat, dan ia meminta keselamatan dari siksa, lalu dia memilih Allah.
Dalam Firman-Nya :
Allah Ta’ala memberikan perlindungan kepada wanita sholehah lagi mulia tersebut dengan mengiring malaikat yang menaunginya tatkala dia ditinggal pergi oleh tentara Fira’un yang menyiksanya, dan juga menghibur hatinya dengan memperlihatkan rumahnya di surga ketika dia disiksa.
Wanita ini telah membuktikan kepada Fira’un akan kehinaannya, dia telah beriman kepada Allah sebagai Ilah dan Rabb, dia mengingkari rubbubiyah Fira’un. Seandainya dia adalah Ilah sebagaimana pengakuannya, tentunya istrinya tidak akan keluardari ketaatanya, dan dia pasti bisa mengembalikan istrinya agar mengikuti kemauannya, namun ternyata istrinya memilih beriman kepada Allah swt.
Inilah kisah wanita sholehah zaman dahulu yang hidup di sebuah istana raja tetapi bisa membuahkan ibroh (pelajaran) yang banyak untuk umat sesudahnya. Nabi kita Muhamm saw. telah mensifati Asiyah istri Fira’un termasuk wanita yang sempurna.
Dari Abu Musa ra. al-Asy’ari berkata Rasulullah saw bersabda : Laki-laki yang sempurna banyak jumlahnya, dantidak sempurna dari wanita kecuali Asiyah istri Fira’un dan Maryam binti Imron, dan keutamaan Asiyah dari wanita lainnya seperti keutamaan bubur tsarid dibanding semua makanan. (HR. Bukhori, Muslim).
BEBERAPA PELAJARAN YANG BERHARGA.
1. Besarnya pengaruh keimanan dalam menghadapi siksaan serta kehinaan yang ditimpahkan oleh orang-orang zholim kepada orang-orang Mu’min, sampai-sampai wanita yang lembut dan hidup dalam kesenangan, dia bersabar atas siksaan untuk mendapatkan keridhoan Allah dan Rohmat-Nya serta surganya.
2. Kedengkian orang-orang kafir kepada orang-orang beriman sangat besar, dimana Fira’un tidak memperdulikan hak istrinya, bahkan istrinya harus merasakan pedihnya siksaan, Fira’un juga tidak menghargai kelemahan seorang wanita.
3. Penjagaan Allah kepada hamba-Nya yang beriman tat’kala mereka tertimpah bencana, Allah mengirimkan kepada Asiyah istri Fira’un beberapa malaikat untuk menaunginya ketika dia dalam keadaan dipasak, dan diperlihatkan sebuah rumah untuknya di surga yang penuh kenikmatan, untuk meneguhkan keimanannya.
4. Pilihan sebagian hamba Allah atas kenikmatan akhirat di atas kenikmatan dunia sekalipun mereka memperoleh ketinggian martabat, karena Asiyah wanita pertama di istana kerajaan Fira’un.
5. Cobaan Allah kepada hambanya untuk menguji keimanannya, andaikan Allah berkehendak agar asiyah terlepas dari cobaanya, dan kehancuran Fira’un dan perajuritnya tentu hal ini tidak sulit baginya.
Allah berfirman:
8. Keutamaan Asiyah istri Fira’un adalah dia memilih meninggal dunia di tangan raja, serta siksaan di dunia atas kenikmatan yang dia dapatkan.
Sebuah catatan :
Barang siapa yang bersabar atas kejelekan ahklak istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti apa yang diberikan ayub atas bala’nya. dan barang siapa yang bersabar atas kejelekan suaminya Allah akan memberikan pahala seperti pahala Asiyah istri Fira’un.
Hadits ini tidak ada asalnya (dilihat dari Silisilah Ahadits adh-Dhoifah al-Albani)
CAHYAIMAN hadir di FACEBOOK :
Sebagian wanita ada yang mengukir sejarah istimewa, yang terkadang hal ini tidak sanggup dilakukan oleh kaum pria. Termasuk diantara mereka adalah Asiyah istri Fira’un, ratu mesir. Dia merelakan jiwanya mati untuk Allah swt, berpisah dengan dunia, dan sabar dari siksaan suaminya sehingga kembali ruhnya kepada sang pencipta.
Sudah menjadi sunnatullah bila Allah menyingkap hamba-Nya tatkala hamba tersebut melalaikan hukum-hukum-Nya, khususnya menentang rubbubiyah Allah. diantaranya apa yang terjadi pada seorang thoghut Mesir yang mengaku mempunyai sifat rubbubiyah. Allah telah menyingkapnya pada kejadian-kejadian yang banyak sekali. dan Allah telah mengakhirkan kehancurannya dan kehancuran bala tentaranya dengan ditenggelamkannya di laut
Diantaranya dia mencari anak kecil (untuk dibunuh) yang akan menghancurkan kekuasaannya, namun Allah justru mengirim anak kecil itu keistananya, lalu menaruh kecintaannya pada hati sang ratu, dia diasuh di istana Fir’aun, Fir’aunpun ikut memelihara dan menjaganya, dan memberi harta kepada ibunya sebagai imbalan atas persusuannya.
Termasuk diantaranya adalah keimanan istri Fir’aun kepada Allah dan ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa as, sehingga dia disiksa dengan siksaan yang amat sangat, dan ia meminta keselamatan dari siksa, lalu dia memilih Allah.
Dalam Firman-Nya :
Dan Allah membuat istri fira’un perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata:” Ya Rabbku, bangunlah untukku sebuah rumah disisi-Mu, dan selamatkanlah aku dari Fira’un dan perbuatannya, dan selamatkan aku dari kaum yang zholim. (QS. ar=Tahrim (66):11)Tatkala Fira’un mendapatkan keimanan istrinya, dia mengikat dengan empat pasak di kedua tangan dan kakinya, ini termasuk siksaan yang menyakitkan lagi pedih, oleh karena itu dia berdo’a kepada Rabb-Nya agar selamat dari Fira’un serta perbuatannya, dan diselamatkan dari kaum yang zholim dengan membawanya ketempat tinggal yang kekal dalam surga yang penuh dengan kenikmatan.
Allah Ta’ala memberikan perlindungan kepada wanita sholehah lagi mulia tersebut dengan mengiring malaikat yang menaunginya tatkala dia ditinggal pergi oleh tentara Fira’un yang menyiksanya, dan juga menghibur hatinya dengan memperlihatkan rumahnya di surga ketika dia disiksa.
Wanita ini telah membuktikan kepada Fira’un akan kehinaannya, dia telah beriman kepada Allah sebagai Ilah dan Rabb, dia mengingkari rubbubiyah Fira’un. Seandainya dia adalah Ilah sebagaimana pengakuannya, tentunya istrinya tidak akan keluardari ketaatanya, dan dia pasti bisa mengembalikan istrinya agar mengikuti kemauannya, namun ternyata istrinya memilih beriman kepada Allah swt.
Inilah kisah wanita sholehah zaman dahulu yang hidup di sebuah istana raja tetapi bisa membuahkan ibroh (pelajaran) yang banyak untuk umat sesudahnya. Nabi kita Muhamm saw. telah mensifati Asiyah istri Fira’un termasuk wanita yang sempurna.
Dari Abu Musa ra. al-Asy’ari berkata Rasulullah saw bersabda : Laki-laki yang sempurna banyak jumlahnya, dantidak sempurna dari wanita kecuali Asiyah istri Fira’un dan Maryam binti Imron, dan keutamaan Asiyah dari wanita lainnya seperti keutamaan bubur tsarid dibanding semua makanan. (HR. Bukhori, Muslim).
BEBERAPA PELAJARAN YANG BERHARGA.
1. Besarnya pengaruh keimanan dalam menghadapi siksaan serta kehinaan yang ditimpahkan oleh orang-orang zholim kepada orang-orang Mu’min, sampai-sampai wanita yang lembut dan hidup dalam kesenangan, dia bersabar atas siksaan untuk mendapatkan keridhoan Allah dan Rohmat-Nya serta surganya.
2. Kedengkian orang-orang kafir kepada orang-orang beriman sangat besar, dimana Fira’un tidak memperdulikan hak istrinya, bahkan istrinya harus merasakan pedihnya siksaan, Fira’un juga tidak menghargai kelemahan seorang wanita.
3. Penjagaan Allah kepada hamba-Nya yang beriman tat’kala mereka tertimpah bencana, Allah mengirimkan kepada Asiyah istri Fira’un beberapa malaikat untuk menaunginya ketika dia dalam keadaan dipasak, dan diperlihatkan sebuah rumah untuknya di surga yang penuh kenikmatan, untuk meneguhkan keimanannya.
4. Pilihan sebagian hamba Allah atas kenikmatan akhirat di atas kenikmatan dunia sekalipun mereka memperoleh ketinggian martabat, karena Asiyah wanita pertama di istana kerajaan Fira’un.
5. Cobaan Allah kepada hambanya untuk menguji keimanannya, andaikan Allah berkehendak agar asiyah terlepas dari cobaanya, dan kehancuran Fira’un dan perajuritnya tentu hal ini tidak sulit baginya.
Allah berfirman:
Dan diantara manusia ada orang yang berkata :”Kami beriman kepada Allah,” maka apabila dia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah Dan sungguh jika datang pertolongan dari Rabbmu, mereka pasti akan berkata:”Sesungguhnya kami adalah besertamu.” Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? (QS. al-Ankabut (29):10)7. Hubungan antara mu’min dan kafir tidaklah membahayakan sedikitpun apabila dia memisahkan diri dari kekufuran dan amalnya.
8. Keutamaan Asiyah istri Fira’un adalah dia memilih meninggal dunia di tangan raja, serta siksaan di dunia atas kenikmatan yang dia dapatkan.
Sebuah catatan :
Barang siapa yang bersabar atas kejelekan ahklak istrinya, maka Allah akan memberinya pahala seperti apa yang diberikan ayub atas bala’nya. dan barang siapa yang bersabar atas kejelekan suaminya Allah akan memberikan pahala seperti pahala Asiyah istri Fira’un.
Hadits ini tidak ada asalnya (dilihat dari Silisilah Ahadits adh-Dhoifah al-Albani)
CAHYAIMAN hadir di FACEBOOK :
Ditulis oleh Nany Suryani
SALAH NIAT.
Sebagai penuntut ilmu memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu, akan tetapi yang menjadi tujuannya adalah bukan mnecari ridho Allah swt, bukan untuk meluruskan kesalahan yang ada pada diri sendiri atau orang lain, dan bukan pula untuk membela tegaknya syariat Islam. Mereka ada yang ingin mencari dunia, ingin terkenal, ingin menandingi ustadz di kampungnya atau ingin dipanggil ustadz dan lain-lainnya. maka itu penyakit paling berbahaya yang menimpa para penuntut ilmu. Bila semua itu dijadikan tujuan utama, maka dampak buruknya apabila mendapatkan sedikit ilmu, menjadila mereka orang-orang yang sombong, dan takabbur dengan ilmunya. Lebih berbahaya apabila mereka tidak mendapat ilmu yang diharapkan, menjadilah mereka orang-orang yang patah semangat dan akhirnya putus asa dari rahmat Allah swt.
Niat adalah pondasi segala amalan. Setiap amalan tidak akan tegak tanpa pondasi yang benar. Oleh karenanya Allah swt memnuat permisalan seseorang yang dalam hatinya terdapat penyakit, tatkala turun ayat Allah swt kepadanya maka bertambah parah penyakitnya, dan akhirnya mati dalam keadaan hina.
Sebagaimana Firman-Nya :
Dan adapun orang-orang yang didalam hatinya terdapat penyakit, maka dengan (turunnya) surat itu bertambahlah penyakitnya di samping penyakitnya, dan mereka (akhirnya) mati dalam keadaan kafir (QS. at-Taubah(9):125).
Demikian pula orang yang hendak menuntut ilmu, apabila niat dalam hatinya kotor, maka semakin kotor hatinya itu dengan ilmu yang dia dapatkan, menjadilah ia sebagai orang yang sobong dengan ilmu yang dia dapatkan, padahal Allah swt. telah mengancam tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya sifat kesombongan walau sedikit.
Seorang yang hendak menuntut ilmu syar’i harus menanamkan pada dirinya bahwa tujuan dari menuntut ilmu tidak lain adalah melaksanakan perintah Allah swt, dengan mengamalkan ilmu yang didapatnya, meluruskan kesalahan yang ada pada dirinya kemudian orang lain, dan menghidupkan kembali apa yang telah terpendam dari warisan para Nabi, serta membela tegaknya Islam dengan pemahaman yang benar.
Allah memerintahkan kepada hambanya untuk menuntut ilmu syar’i dan menempatkannya sederajad dengan jihad fisabilillah, dengan firman-Nya :
Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (kemedan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan beberapa orang untuk memperdalam ilmu agama mereka, dan supaya mereka dapat memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali (setelah berperang) kepada mereka, supaya mereka dapat menjaga dirinya. (QS. at-Taubah(9): 122)
BERBANTAH-BANTAHAN.
Sebagai penuntut ilmu lebih suka berdebat dari pada berdiskusi. Tidak melewatkan satu kesempatan bersama saudaranya kecuali diajak berdebat dalam satu permasalahan, dia selalu menghafalkan dalil-dalil yang disiapkan hanya untuk menjawab lawan bicaranya bukan untuk memperbaiki diri dan umatnya, gemar mencari-cari permasalahan terutama masalah baru yang diperselisihkan dan merasa benar dengan apa yang ada pada dirinya dan tidak mau menerima kebenaran orang lain. penyakit ini menjurus pada penyakit sombong.
Rasulullah bersabda : Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (HR. Abu Daud dan dishohihkan oleh Al-Bani)
Dalam Firman Allah:
Serulah manusia kepada jalan Rabbmu dengan cara hikmah dan nasehat yang bijak, serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS. an-Nahl(16):125).
Inilah berbantahan yang baik dan dibolehkan, bukan sekedar berbantahan tanpa titik temu dan berujung saling benci dan permusuhan. Menerima secara haq apabila telah terang baginya al-Haq (kebenaran), mengakui kesalahannya serta meninggalkan yang bathil jangan membela dan mempertahankan pendapatnya yang salah.
SUKA DENGAN PUJIAN
Para penuntut ilmu merasa gembira dan bangga dengan pujian atas dirinya, bahkan karena seringnya dipuji dia tidak akan puas apabila setiap amalannya tidak mendapat pujian, maka ini termasuk penyakit hati yang mengarah pada kesyirikan, karena pada akhirnya ia tertipu dengan pujian tersebut, sehingga pujian sebagai tujuannya bukan Allah swt. Berbeda dengan orang yang iklas, dia tidak akan menghiraukan pujian manusia, dia tetap akan beramal baik dipuji atau tidak. karena pada hakekatnya pujian itu malapetaka baginya, apabila dia terpengaruh dengannya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw pernah mendengar seseorang memuji dan berlebihan memujinya, maka Rasulullah bersabda:”Engkau samahalnya dengan memenggal leher orang itu”. (HR. Bukhori dan Muslim).
selayaknya bagi penuntut ilmu(khususnya) tidak meninggalkan do’a kepada Allah swt di setiap langkah dalam menghadapi penyakit-penyakit diatas, disertai harapan supaya diselamaykan dari semua perkara tercela ini, karena Allahlah yang dapat membolak-balikkan hati hamba-Nya.
Sabda Rasulullah saw.:…Dan ada seseorang yang menuntut ilmu, mengajarkannya, dan dia membaca al-Qur’an, kemudian (pada hari kiamat) didatangkan (kepada Allah swt), lalu dipaparkan segala kenikmatan kepadanya, kemudian dia mengakui”, lalu di katakan kepadanya:” Untuk apa engkau melakukan hal itu?”. Dia menjawab: “Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta membaca al-Qur’an hanya untuk-Mu. Allah swt berkata:” Engkau berdusta, engkau menuntut ilmu supaya dipanggil orang berilmu, dan engkau membaca al-Qur’an supaya dikatakan ahli/pandai al-Quran, dan sungguh engkau telah mendapatkan hal itu,” kemudian orang itu di perintah agar diseret dengan wajahnya sampai akhirnya dilemparkan ke api neraka.” (HR. Muslim)Menuntut ilmu adalah salah satu bentuk ibadah yang agung, namun bila niat menuntut ilmu tidak benar, maka berubah menjadi amalan yang menghancurkan serta menjadi amalan yang paling rendah lagi hina. Setiap penuntut ilmu harus waspada terhadap kesalahan niatnya dalam menuntut ilmu, maka bukan pahala yang dia dapatkan, tetapi siksa api neraka yang akan dia jumpai.
SALAH NIAT.
Sebagai penuntut ilmu memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu, akan tetapi yang menjadi tujuannya adalah bukan mnecari ridho Allah swt, bukan untuk meluruskan kesalahan yang ada pada diri sendiri atau orang lain, dan bukan pula untuk membela tegaknya syariat Islam. Mereka ada yang ingin mencari dunia, ingin terkenal, ingin menandingi ustadz di kampungnya atau ingin dipanggil ustadz dan lain-lainnya. maka itu penyakit paling berbahaya yang menimpa para penuntut ilmu. Bila semua itu dijadikan tujuan utama, maka dampak buruknya apabila mendapatkan sedikit ilmu, menjadila mereka orang-orang yang sombong, dan takabbur dengan ilmunya. Lebih berbahaya apabila mereka tidak mendapat ilmu yang diharapkan, menjadilah mereka orang-orang yang patah semangat dan akhirnya putus asa dari rahmat Allah swt.
Niat adalah pondasi segala amalan. Setiap amalan tidak akan tegak tanpa pondasi yang benar. Oleh karenanya Allah swt memnuat permisalan seseorang yang dalam hatinya terdapat penyakit, tatkala turun ayat Allah swt kepadanya maka bertambah parah penyakitnya, dan akhirnya mati dalam keadaan hina.
Sebagaimana Firman-Nya :
Dan adapun orang-orang yang didalam hatinya terdapat penyakit, maka dengan (turunnya) surat itu bertambahlah penyakitnya di samping penyakitnya, dan mereka (akhirnya) mati dalam keadaan kafir (QS. at-Taubah(9):125).
Demikian pula orang yang hendak menuntut ilmu, apabila niat dalam hatinya kotor, maka semakin kotor hatinya itu dengan ilmu yang dia dapatkan, menjadilah ia sebagai orang yang sobong dengan ilmu yang dia dapatkan, padahal Allah swt. telah mengancam tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya sifat kesombongan walau sedikit.
Seorang yang hendak menuntut ilmu syar’i harus menanamkan pada dirinya bahwa tujuan dari menuntut ilmu tidak lain adalah melaksanakan perintah Allah swt, dengan mengamalkan ilmu yang didapatnya, meluruskan kesalahan yang ada pada dirinya kemudian orang lain, dan menghidupkan kembali apa yang telah terpendam dari warisan para Nabi, serta membela tegaknya Islam dengan pemahaman yang benar.
Allah memerintahkan kepada hambanya untuk menuntut ilmu syar’i dan menempatkannya sederajad dengan jihad fisabilillah, dengan firman-Nya :
Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (kemedan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan beberapa orang untuk memperdalam ilmu agama mereka, dan supaya mereka dapat memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka kembali (setelah berperang) kepada mereka, supaya mereka dapat menjaga dirinya. (QS. at-Taubah(9): 122)
BERBANTAH-BANTAHAN.
Sebagai penuntut ilmu lebih suka berdebat dari pada berdiskusi. Tidak melewatkan satu kesempatan bersama saudaranya kecuali diajak berdebat dalam satu permasalahan, dia selalu menghafalkan dalil-dalil yang disiapkan hanya untuk menjawab lawan bicaranya bukan untuk memperbaiki diri dan umatnya, gemar mencari-cari permasalahan terutama masalah baru yang diperselisihkan dan merasa benar dengan apa yang ada pada dirinya dan tidak mau menerima kebenaran orang lain. penyakit ini menjurus pada penyakit sombong.
Rasulullah bersabda : Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia. (HR. Abu Daud dan dishohihkan oleh Al-Bani)
Dalam Firman Allah:
Serulah manusia kepada jalan Rabbmu dengan cara hikmah dan nasehat yang bijak, serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS. an-Nahl(16):125).
Inilah berbantahan yang baik dan dibolehkan, bukan sekedar berbantahan tanpa titik temu dan berujung saling benci dan permusuhan. Menerima secara haq apabila telah terang baginya al-Haq (kebenaran), mengakui kesalahannya serta meninggalkan yang bathil jangan membela dan mempertahankan pendapatnya yang salah.
SUKA DENGAN PUJIAN
Para penuntut ilmu merasa gembira dan bangga dengan pujian atas dirinya, bahkan karena seringnya dipuji dia tidak akan puas apabila setiap amalannya tidak mendapat pujian, maka ini termasuk penyakit hati yang mengarah pada kesyirikan, karena pada akhirnya ia tertipu dengan pujian tersebut, sehingga pujian sebagai tujuannya bukan Allah swt. Berbeda dengan orang yang iklas, dia tidak akan menghiraukan pujian manusia, dia tetap akan beramal baik dipuji atau tidak. karena pada hakekatnya pujian itu malapetaka baginya, apabila dia terpengaruh dengannya.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw pernah mendengar seseorang memuji dan berlebihan memujinya, maka Rasulullah bersabda:”Engkau samahalnya dengan memenggal leher orang itu”. (HR. Bukhori dan Muslim).
selayaknya bagi penuntut ilmu(khususnya) tidak meninggalkan do’a kepada Allah swt di setiap langkah dalam menghadapi penyakit-penyakit diatas, disertai harapan supaya diselamaykan dari semua perkara tercela ini, karena Allahlah yang dapat membolak-balikkan hati hamba-Nya.
Dalam beberapa ayat, Allah menyatakan bahwa Dialah Yang memasukkan perasaan cinta dan kasih sayang ke dalam hati manusia. Misalnya, Allah telah menyatakan dalam ayat di bawah ini bahwa Dialah Yang mengumpulkan orang-orang beriman dan menyatukan hati mereka sebagai saudara:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.s. Ali Imran: 103).
Dalam ayat lainnya, Allah memberi tahu kita bahwa Dialah Yang memberikan kepada orang-orang beriman perasaan belas kasihan.
“Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak, dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian. Dan ia adalah seorang yang bertakwa.” (Q.s. Maryam: 12-3).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Q.s. Maryam: 96).
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.s. ar-Rum: 21).
Allah juga menyatakan bahwa Dia akan memasukkan perasaan kasih sayang di antara orang-orang yang beriman dan orang-orang yang memusuhi mereka. Telah jelas bahwa Allahlah yang mengendalikan semua hati – baik orang-orang yang beriman maupun yang tidak beriman.
“Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah adalah Mahakuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s. al-Mumtahanah: 7).
Mari bergabung di Group CAHYAIMAN di FACEBOOK :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar